Selasa, 14 Februari 2012

Cerita Seorang Tukang Kayu

Ada seorang tukang kayu yang hidup di sebuah hutan. Suatu hari ia merasa sangat marah, lalu datang seorang temannya dan menyuruh tukang kayu tersebut menancapkan paku sebanyak-banyaknya pada sebatang kayu hingga marahnya hilang. Tukang kayu itu pun menuruti nasihat temannya. Ia menancapkan paku-paku itu pada sebatang kayu hingga ia merasa puas dan marahnya hilang. Kemudian teman tukang kayu menyuruh tukang kayu itu untuk mencabut kembali paku-paku yang telah ditancapkannya saat ia marah. Sang tukang kayu mencabut kembali paku-paku itu, namun apa yang terjadi pada batang kayu itu?? Lubang-lubang bekas paku itu akan tetap ada meskipun paku-paku itu sudah hilang.
Kita bisa mengambil sedikit hikmah dari cerita tukang kayu ini. Di saat kita melampiaskan kemarahan pada orang lain, terkadang kita tidak menyadari apa yang sedang kita lakukan. Ada hati yang mungkin tersakiti. Dan ketika kita meminta maaf, kemudian dimaafkan oleh orang itu, berusahalah untuk tidak membuat luka baru di hatinya. Forgiven doesn’t mean forgotten. Memaafkan kesalahan orang bukan berarti melupakan kesalahan yang dibuatnya. Memori itu akan tersimpan baik sampai ia benar-benar ikhlas akan kejadian itu.