Rabu, 02 November 2011

Mengenal Lebih Dekat Diabetes Melitus

Definisi Diabetes Melitus


Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu sindrom dengan terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat kurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin (Guyton dan Hall 2007). Diabetes melitus dibagi menjadi 3 golongan, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, dan DM gestasional. Diabetes melitus tipe 2 merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein akibat insufisiensi fungsi insulin (Depkes 2005).
Menurut Anonim (2011), beberapa gejala awal yang biasanya dirasakan oleh penderita DM adalah sebagai berikut:
1.    Berat badan turun secara drastis.
2.    Sering kencing (polyuri).
3.    Sering minum (polydipsi)
4.    Sering makan (polyfagi)
5.    Kaki terasa gatal-gatal, kadang-kadang disertai dengan rasa kesemutan.
6.    Kadar glukosa darah post-prandial melebihi 140 mg/dl

Kadar insulin pada penyandang diabetes melitus tipe 2 bisa saja normal, tetapi jumlah perangkap insulin di permukaan sel kurang. Hal tersebut mengakibatkan glukosa yang masuk ke dalam sel hanya sedikit sehingga kadar glukosa darah meningkat. Mekanisme poliuria dan polidipsia pada penyandang diabetes melitus berkaitan erat. Tingginya kadar glukosa darah menyebabkan dehidrasi berat pada sel tubuh akibat tekanan osmotik yang menyebabkan cairan dalam sel keluar. Keluarnya glukosa dalam urin akan menimbulkan keadaan diuresis osmotik. Efek keseluruhannya adalah kehilangan cairan yang sangat besar dalam urin sehingga kemudian timbul polidipsia (Guyton dan Hall 2007). Berat badan pasien berkurang karena lemak dalam jaringan adiposa digunakan untuk menggantikan glukosa sebagai sumber energi yang tidak dapat masuk ke reseptor akibat resistensi insulin (Agatha 2009).
Proses terjadinya neuropatik diabetik (ND) berawal dari hiperglikemia persisten yang menyebabkan aktivitas jalur poliol meningkat, yaitu terjadi aktivasi enzim aldose-reduktase yang mengubah glukosa menjadi sorbitol. Sorbitol mengalami dehidrogenase menjadi fruktosa. Akumulasi sorbitol dan fruktosa dalam sel saraf bersifat merusak dengan mekanisme yang belum jelas. (Sudoyo et,al. 2006). Fruktosa dan sorbitol mempunyai kadar di atas normal pada lensa mata penderita DM dan dapat terlibat dalam patogenesis katarak diabetika. Fruktosa dan sorbitol meningkat pada jaringan tubuh yang tidak sensitif terhadap insulin, seperti lensa mata, saraf tepi, dan glomerulus ginjal seiring peningkatan kadar glukosa darah (Murray et,al. 2003).
Anjuran Gizi
Target dalam terapi gizi medis untuk DM adalah menjaga agar kadar glukosa darah mendekati normal dengan menyeimbangkan makanan yang masuk dengan ketersediaan insulin (endogen atau eksogen), dan agen antidiabetik, serta mengatur BB agar ideal, mengurangi risiko komplikasi metabolik, mikrovaskuler, dan aterosklerosis (Shils et,al. 2006).
Menurut Almatsier (2010), diet penderita diabetes sama dengan diet orang normal. Syarat diet bagi penyandang diabetes pada umumnya yaitu:
1.    Cukup energi untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal
2.    Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
3.    Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total
4.    Karbohidrat berasal dari karbohidrat kompleks
5.    Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan
6.    Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas
7.    Asupan serat dianjurkan 25 g/hari
8.    Cukup vitamin dan mineral
Olah raga juga dibutuhkan bagi pengaturan gula darah. Frekuensi, intensitas, dan durasi oleh raga bagi penyandang diabetes pada prinsipnya tidak berbeda dengan orang sehat. Frekuensi berolah raga adalah 3-5 kali seminggu dan sebaiknya dipilih waktu yang tepat. Panas matahari dapat membakar lebih banyak kalori sehingga dikhawatirkan terjadi hipoglikemia. Perhatikan pula waktu puncak kerja insulin yang disuntikkan, jangan sampai berolah raga di waktu puncak insulin bekerja karena akan menyebabkan hipoglikemia (Tilarso 1999).
Insulin yang yang digunakan harus diketahui waktu kerjanya, short acting atau long acting. Jadwal olah raga disesuaikan dengan kerja insulin. Intensitasnya berkisar 60-75% DSM (denyut nadi maksimal). Durasi berolah raga adalah 60 menit setiap kali zona latihan. Durasi olah raga penyandang diabetes melitus yang obesitas adalah 90 menit setiap satu zona latihan agar lemak tubuh juga dapat terbakar (Tilarso 1999).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar